Inilah 7 Isi Prasasti Yupa Pengungkap Sejarah Kerajaan Kutai

Isi prasasti Yupa adalah sumber utama yang mengungkapkan sejarah Kerajaan Kutai. Keberadaan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia itu diketahui karena adanya peninggalan prasasti Yupa yang semuanya berjumlah 7. Yupa sendiri adalah sebuah tiang batu yang digunakan untuk mengikat korban berupa hewan atau manusia yang akan dipersembahkan kepada dewa-dewa. Dalam tiang batu tersebut terdapat rangkaian tulisan yang dipahatkan di permukaannya. Tulisan yang terdapat dalam prasasti yupa tersebut semuanya menggunakan bahasa Sansekerta dan aksara / huruf Pallawa.

 adalah sumber utama yang mengungkapkan sejarah  Inilah 7 Isi Prasasti Yupa Pengungkap Sejarah Kerajaan Kutai

Isi Prasasti Yupa

Tulisan-tulisan yang terdapat dalam ketujuh prasasti Yupa tidak ada satu pun yang berisi / disertai dengan angka tahun pembuatannya, sehingga prasasti Yupa tidak diketahui jelas kapan ia mulai dibuat. Kendati begitu, dengan membandingkan bentuk hurufnya, para ahli memperkirakan Yupa-yupa tersebut berasal dari abad ke 4 Masehi.

Isi Prasasti Yupa tentang Aspek Kehidupan Politik

Isi Prasasti Yupa yang pertama menyebutkan bahwa raja pertama  kerajaan Kutai adalah Kudungga. Kudungga yang merupakan nama asli orang Indonesia saat itu memperlihatkan bahwa ia bukanlah pendiri keluarga kerajaan. Selain itu, Yupa menyebutkan juga bahwa pada masa pemerintahan Asmawarman di Kerajaan Kutai diadakan upacara Aswamedha. Upacara ini merupakan upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas-batas wilayah kerajaan Kutai.

“Sang Raja manusia tersohor, Kudungga yang agung mempunyai seorang Putra terkenal Aswawarman (namanya) yang sebagaimana halnya Amuman, merupakan sang pendiri dinasti yang mulia. Dia mempunyai tiga putra terkenal mirip dengan tiga api suci. Diantara ketiga putranya yang paling terkemuka dan terkenal kerena ketegasanya, kekuatan dan kesabaran adalah Mulawarman. Mahar Raja telah mempersembahkan kurban Bahu Suwarnakam. Untuk upacara kurban itulah batu peringatan ini didirikan oleh ketua dikalangan orang-orang yang mengalami kelahiran kedua.”

Isi prasasti yupa menyebut Raja Kudungga digantikan oleh putranya yaitu Raja Aswawarman, kemudian digantikan oleh cucunya Raja Mulawarman. Pada masa pemerintahan Raja Mulawarmanlah, kerajaan Kutai mengalami masa kejayaan. Setelah masa pemerintahan Mulawarman, tidak diketahui lagi siapakah raja-raja yang memerintah selanjutnya karena keterbatasan sumber sejarah.

Isi Prasasti Yupa tentang Aspek Kehidupan Sosial

Berdasarkan isi prasasti Yupa selanjutnya, diketahui bahwa pada abad ke 4 Masehi di kerajaan Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah banyak menerima pengaruh Hindu sehingga dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi mernurut pola pemerintahan kerajaan-kerajaan di India. Hal ini penting karena dapat menunjukan aspek kehidupan sosial masyarakat pada masa itu yang telah berkembang mengikuti pola perkembangan zaman. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur yang datang dari India dan mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.

Ketika Raja yang tersohor dan terkenal Mulawarman memberikan hadiah seribu ekor lembu dan sebatang pohon kepada sang Brahmana yang menyerupai api pengorbanan ditempat yang paling diberkati (bernama) Vaprakeswara atas budi baiknya itulah tiang upacara peringatan ini dibuat olah para pendeta yang berkumpul disini.

Isi Prasasti Yupa tentang Aspek Kehidupan Berbudaya

Kehidupan dan perkembangan kebudayaan dari masyarakat Kutai erat kaitannya terhadap kepercayaan atau agama yang mereka anut. Prasasti Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai. Prasasti itu berupa sebuah tiang batu untuk mengikat korban yang akan dipersembahkan. Namun sebenarnya tugu batu itu merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman meghalitikum yaitu kebudayaan menhir. Salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan kata Vaprakecvara. Vaprakecvara adalah sebuah lapangan luas tempat pemujaan dewa Siwa. Ini menunjukan bahwa agama Hindu yang dianut adalah Hindu Siwa. Dugaan tersebut didukung pula oleh besarnya pengaruh kerajaan Pallawa yang beragama Siwa dan peranan brahmana  di kerajaan Kutai yang cukup besar seperti halnya peranan brahmana dalam agama Siwa.

“Mudah-mudahan pendeta yang paling terkemuka dan orang-orang suci lainya mendengar perbuatan terpuji dari Mulawarman Raja yang tersohor dan gilang gemilang. Mudah mudahan mereka mendengar hadiah besarnya, hadiah lembunya, hadiah sebatang pohon ajaibnya, hadiah tanahnya, atas limpahan amal salehnya maka tiang upacara peringatan kurban ini didirikan oleh para pendeta.”

Demikianlah pemaparan mengenai isi prasasti Yupa yang mengungkapkan sejarah kerajaan hindu yang terletak di Muara Kaman, di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Semoga bermanfaat untuk referensi Anda.
LihatTutupKomentar