MODEL HUBUNGAN INOVASI DAN KELEMBAGAAN DI DESA GENGGELANG, LOMBOK BARAT NTB

MODEL HUBUNGAN  INOVASI DAN KELEMBAGAAN  DI DESA  GENGGELANG, LOMBOK BARAT  NTB

fungsiestetikdanfungsipakaidariprodukhiasandarilimbah MODEL HUBUNGAN  INOVASI DAN KELEMBAGAAN  DI DESA  GENGGELANG, LOMBOK BARAT  NTB
MODEL HUBUNGAN  INOVASI DAN KELEMBAGAAN  DI DESA  GENGGELANG, LOMBOK BARAT  NTB

5 contoh gambar produk fungsional dari bahan limbah beserta fungsinya - Irianto Basuki1). I Made Wisnu Wiyasa2)Sudarto2)
1)Penyuluh pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB
2)Peneliti  pada Balai Pengkajian Teknologi Petanian NTB


ABSTRAK
- fungsi hias dari produk kerajinan bahan limbah
Di wilayah Lombok Barat Desa Genggelang Kecamatan Gangga merupakan Lokasi Prima Tani.  Keluaran akhir dari Prima Tani di Lokasi ini adalah terwujudnya  Desa Genggelang menjadi desa  Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP).  Di dalam rancang bangun  desa AIP dicirikan salah satunya dengan adanya  unsur inovasi dan kelembagaan serta hubungannya. Dengan demikian melalui hubungan tersebut akan terlihat sistem hubungan teknologi dan keterkaitannya dengan kelembagaan yang terikat dalam sistem usaha tani intensifikasi dan diversifikasi baik horizontal maupun vertikal. Tujuan kajian ini adalah: untuk mendapatkan model hubungan inivasi dan kelembagaan dalam desa AIP Genggelang. Metoda yang digunakan adalah PRA. Waktu pelaksanaan pada bulan Januari 2007. Hasil kajian ini adalah:  empat model hubungan parsial  komoditas kakao, kopi, Jagung, kacang tanah, dalam integrasi hubungan kelembagaan dan satu sistem model hubungan integrasi komoditas kakao, kopi, jagung, kacang tanah, dan sapi dalam integrasi hubungan kelembagaan lengkap.
Kata kunci : model, inovasi, kelembagaan , AIP


PENDAHULUAN
- contoh kerajinan dari bahan limbah
Luas wilayah Kabupaten Lombok Barat 1.672,15 km2. Wilayah Agroekosistem lahan kering iklim basah di Lombok Barat penyebarannya  dapat dijumpai di Kecamatan Gangga . Komoditas yang berkembang pada  wilayah agroekosistem tersebut, dari sub sektor perkebunan adalah kopi, kakao, vanili, kelapa, tembakau,  dari sub sektor tanaman pangan adalah padi, kacang tanah, jagung, tembakau, lengkeng, durian, manggis, bawang merah, dan dari sub sektor peternakan adalah sapi. Komoditas tersebut  adalah komoditas yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan daerah pemasaran yang cukup luas, baik di pasar nasional maupun internasional. Mengingat potensi yang dimiliki agroekosistem ini maka diharapkan dapat menjadi daya ungkit yang cukup baik dibidang pembangunan pertanian dan pengembangan wilayah.
Berdasarkan ketinggian tempat, Desa Genggelang dibagi menjadi tiga strata.  Strata  pertama adalah  wilayah atas, kedua wilayah tengah dan ketiga wilayah bawah.  Komoditas yang berkembang di bagian atas adalah kopi, kakao, dan vanili; dibagian tengah adalah kopi, kakao dan kelapa; di bagian bawah adalah kelapa, padi, kacang tanah dan  jagung. Dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan perlu diintroduksikan beberapa teknologi hasil Badan Litbang Pertanian.
Di wilayah Lombok Barat Desa Genggelang Kecamatan Gangga merupakan  Lokasi Prima Tani.  Keluaran akhir Prima Tani di Lokasi ini adalah terwujudnya  Desa Genggelang menjadi desa  Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). Proses kegiatan menuju desa AIP  adalah  membangun laboratorium agribisnis yang memerlukan  kegiatan  Rancang Bangun. Di dalam rancang bangun ini sangat dicirikan salah satunya dengan adanya  unsur inovasi dan kelembagaan serta hubungannya. Dengan demikian melalui hubungan tersebut akan terlihat sistem hubungan teknologi dan keterkaitannya dengan kelembagaan yang terikat  dalam sistem usaha tani intensifikasi dan diversifikasi baik horizontal maupun vertikal. Pengembangan teknologi pertanian pada laboratorium agribisnis menggunakan pendekatan sistem usahatani intensifikasi diversifikasi dan pengembangan kelembagaan dalam Prima Tani menggunakan pendekatan unit agribisnis industrial (UAI) atau agribisnis industril pedesaan (AIP). AIP  dikembangkan atas prinsip dasar :  bertolak pada kondisi yanga telah  ada/eksisting, efektifitas, kebutuhan, efisiensi, fleksibilitas orientasi nilai tambah, desentralisasi dan keberlanjutan. Kinerja kedua pendekatan tersebut merupakan Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani.
Dalam pengembangan menjadi AIP  terjadi proses transformasi struktur agribisnis dari pola  dispersal  menjadi pola industrial yang berarti setiap usaha agribisnis tidak lagi berdiri sendiri tetapi tergabung dalam asosiasi horizontal dan bergerak  pada seluruh bidang usaha pada alur produk vertikal (dari hulu sampai hilir) sehingga menjadi satu unit AIP. Model AIP ini dicirikan dengan : 1). Lengkap secara fungsional, dimana  seluruh fungsi  yang diperlukan  dalam alur produk vertikal ( menghasilkan, mengolah, memasarkan);  2). Satu kesatuan tindak. Seluruh komponen melaksanakan fungsinya  secara harmonis dalam satu kesatuan tindakan; 3). Ikatan langsung secara institusional. Hubungan diantara seluruh komponen terjalin langsung melalui ikatan institusional (non pasar).
METODA

contoh produk hiasan dari limbah 
Kegiatan menggunakan metoda PRA. Teknik yang digunakan adalah pertemuan desa,  dan wawancara semi terstruktur. Sub topik yang dibicarakan adalah masalah usahatani  dan kebutuhan inovasi. Dari sub topik ini selanjutnya disintesa menjadi model hubungan inovasi dan kelembagaan desa AIP.
Tim PRA terdiri dari  multi disiplin ilmu beragam yaitu, Penyuluhan, Komunikasi, Sosiologi Pedesaan, Ekonomi Pertanian, Agronomi, Peternakan.
Responden : Sumber informasi/responden pada prinsipnya adalah melibatkan seluruh kelompok masyarakat setempat yang  merupakan pelaku utama. Jumlah  20 orang yang terdiri dari unsur, petani/kontak tani/ketua kelompok tani, tokoh masyarakat, aparat desa, kepala dusun, wanita tani, taruna tani, LSM, aparat penyuluhan dan pelayanan pertanian di desa.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Inovasi berupa teknologi  untuk dikembangkan pada kelompok tani di Desa Genggelang terdiri atas  inovasi untuk komoditas kakao, kopi, kacang tanah, jagung, dan sapi. Inovasi ini telah dikemas dalam paket teknologi spesifik lokasi pada wilayah ini.
Inovasi kelembagaan dilakukan secara bertahap dari masing-masing lembaga yaitu sebagai berikut:
a.    Lembaga Produksi (Kelompok Tani = KT).
Lembaga produksi merupakan elemen kelembagaan AIP yang dibentuk untuk meningkatkan efisiensi produksi pertanian, melalui pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan secara kolektif. Lembaga ini dapat berbentuk Kelompok Tani (KT) atau Gabungan Kelompok Tani.
b.    Lembaga Penyuluhan (P). Penumbuhan lembaga penyuluhan terutama ditujukan untuk memfungsikan kembali secara efektif peranan para penyuluh dalam melakukan kegiatan pendampingan pada petani. Bentuk organisasi penyuluh yang dikembangkan disesuaikan, dengan tujuan utama: memanfaatkan sumberdaya pertanian setempat secara optimal.
c.    Lembaga Keuangan/Finansial/Permodalan (FP). Penumbuhan lembaga permodalan baru dapat dirintis dengan mengembangkan pola Kredit Usaha Mandiri (KUM) yang melibatkan anggota Kelompok Tani (KT). Sedangkan pemanfaatan lembaga permodalan yang sudah ada lebih diarahkan untuk membuka berbagai hambatan penyaluran kredit kepada petani anggota KT dan pelaku agribisnis lainnya.
d.    Lembaga Klinik Agribisnis (KA) Pembentukan lembaga ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan informasi teknologi pertanian, informasi pasar dan informasi permodalan. Dalam operasionalnya lembaga ini dapat melibatkan swasta, produsen hasil pertanian, serta sarana produksi pertanian.
e.    Lembaga Pasca Panen (LP). Penumbuhan lembaga ini ditujukan untuk menekan kehilangan hasil panen atau bahan mentah pertanian, meningkatkan nilai tambah produk, dan memperlancar pemasaran hasil pertanian sesuai dengan kebutuhan pasar.
f.    Lembaga Pengolahan Hasil (PH). Fungsi lembaga ini sangat penting dan sejauh mungkin bisa dikuasai organisasi atau kelompok tani. Penumbuhan lembaga pengolahan hasil dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan memperluas pasar produk. Penumbuhan lembaga ini dapat dirintis dengan membentuk industri pengolahan skala kecil dan rumah tangga yang dikelola secara berkelompok.
g.    Lembaga Pemasaran Hasil Pertanian (Pas) Dalam kerangka memperkuat posisi tawar petani maka lembaga pemasaran di desa ini harus dibentuk.
h.    Lembaga Saprodi (KS). Tujuan utama pengembangan lembaga ini adalah menyelaraskan kegiatan pengadaan sarana produksi dalam jenis, kuantitas, kualitas, waktu, tempat, dan harga sesuai kebutuhan dan kemampuan petani dan pelaku agribisnis lainnya. Penumbuhan kelembagaan tersebut dapat ditempuh dengan mengkoordinasikan aktivitas pedagang sarana produksi dengan kebutuhan petani yang tergabung dalam KT.
 - aneka produk kerajinan dari bahan limbah sebagai fungsi hias
1.    Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Kakao

Gambar 1.  Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Kakao
Inovasi yang akan diintroduksi  pada usahatani kakao adalah: peremajaan (introduksi kakao unggul), rehabilitasi tanaman (sambung pucuk, sambung samping, okulasi tunas air), pengelolaan pohon penaung, pemupukan tanaman berdasarkan analisa tanah,  sanitasi, pengendalian hama dan penyakit, dan pasca panen pengeringan biji kakao. Informasi inovasi dikembangkan melalui kelembagaan BPTP dan  sumber lainnya sebagai sumber informasi teknologi yang selanjutnya melalui pengeloloaan kelembagaan klinik agribisnis memasok informasi inovasi keberbagai kelembagaan terutama lembaga produksi, pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran, keuangan dan saprodi.
Berbagai jenis inovasi diterapkan dalam usahatani pada kelembagaan produksi pada kelompok tani.  Produksi berupa buah kakao melalui kelembagaan pascapanen diproses  menjadi biji kakao yang selanjutnya melalu kelembagaan pemasaran dilakukan penjualan sehingga diperoleh keuntungan usaha yang selanjutnya dipergunakan untuk kegiatan usahatani melalui  lembaga produksi. Dari lembaga pasca panen , limbah kakao berupa kulit  buah selanjutnya diproses menjadi produk pakan ternak atau kompos yang dapat digunakan dalam proses produksi. Dukungan dana  untuk usaha tani dikembangkan melalui kelembagaan  keuangan yang dapat memasok kelembagaan produksi melalui kelembagaan sarana produksi. Lembaga keuangan ini juga dapat memasok dana kepada lembaga pasca panen dan lembaga pengolahan hasil. Kelembagaan keuangan ini sendiri  juga dapat pasokan dana melalui kelembagaan pemasaran melaui keuntungan usaha serta berasal dari mitra usaha.  Mitra usaha ini dapat bekerjasama  juga melalui lembaga pemasaran.

2.    Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Kopi
Berbagai Jenis inovasi yang dibutuhkan dalam usaahatani kopi adalah: peremajaan (introduksi kakao unggul), rehabilitasi tanaman (sambung pucuk, sambung samping, okulasi tunas air), pengelolaan pohon penaung, pemupukan tanaman berdasarkan analisa tanah sanitasi, pengendalian hama dan penyakit . Dukungan inovasi ini berasal dari aliran pengembangan informasi teknologi berasal dari layanan  BPTP serta sumber informasi lainnya. Informasi tekniologi ini kemudian dikemas melalui klinik agribisnis dan dipergunakan untuk memasok seluruh kelembagaan yang relevan seperti lembaga produksi, pasca panen dan lain-lain sesuai kebutuhan.


Gambar 2.  Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Kopi
Berbagai inovasi tersebut  ini yang berkaitan dengan usahatani produksi diterapkan pada kelembagaan  produksi yang merupakan  aktivitas utama dari kelompoktani. Selanjutnya hasil  produksi berupa buah kopi melalui kelembagaan pemasaran dijual  sehingga diperoleh keuntungan dan selanjutnya dapat digunakan untuk memulai kegiatan usahatani selanjutnya. Limbah kopi melalui kelembagaan pasaka panen diproses menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan dalam usahatani budidaya kopi, atau limbah kopi ini dapat digunakan untuk pakan ternak. Melalui lembaga pengoalahan hasil ini juga diperoleh produk  berupa kopi bubuk  untuk menambah nilai jual produk dan dipasarkan melalui kelembagaan pemasaran.  Alur keuangan atau finansial dan dana   selain pada kelembagaan yang ada seperti kelembagaan  saprodi keuangan, pengolahan hasil, pasca panen dan pemasaran juga didukung oleh hubungan lembaga keuangan lainnya atau  hubungan kemitraan tergantung keperluannya.

3.    Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Kacang Tanah
Inovasi produksi untuk komoditas kacang tanah ini adalah: tumpangsari jagung dan kacang tanah, perbaikan varietas jagung, perbaikan jarak tanam, perbaikan dosis pemupukan. Inovasi ini dilayani oleh sumber inovasi, yang selanjutnya dikembangkan diproses dikemas sesuai dengan kebutuhan melalui alur sebagai berikut: jenis berbagai teknologi informasinya diperoleh dari BPTP serta sumber lainnya, Selanjutnya di Klinik agribisnis informasi ini dikemas  dan di sampaikan kepada kelompoktani pada usahatani kacang tanah. Inovasi ini melalui proses produksi usahatani dilakukan pada kelembagaan produksi pada kelompoktani. Produk  usahatani kacang tanah  berupa  kacang tanah polong, glondongan,  melalui kelembagaan pemasaran dipasarkan sehingga diperoleh keuntungan usahatani. Keuntungan usahatani ini selanjutnya digunakan lagi  untuk proses produksi ulang pada lembaga produksi. Limbah kacang tanah melalui kelembagaan pengolahan hasil diproses menjadi pakan ternak atau kompos yang dipasarkan melalui lembaga pemasaran. Aliran finansial keuangan terjadi pada hubungan dari kelembagaan keuangan pada kelembagaan pasca panen, kelembagaan pengolahan hasil , kelembagaan saprodi atas keuangan interen dari sinergi yang terjadi.  Pasokan dana keuangan dapat pula diperoleh dari kelembagaan kemitraan untuk kelembagaan yang ada tersebut mulai dari kelembagaan produksi sampai kelembagaan pemasaran.

 - kerajinan tangan dari bahan limbah dan cara membuatnya
Gambar 3: Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Kacang Tanah
4.    Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Jagung

Gambar4 : Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Jagung
Berbagai inovasi berupa teknologi yang diterapkan  di desa ini adalah Teknologi tumpang sari dengan kacang tanah, introduksi varietas unggul, jarak tanam teratur, perbaikan pemupukan berdasarkan analisa tanah serta pasca panen. Teknologi ini  diperoleh dari sumber BPTP serta Sumber teknologi lainnya yang kemudian melalui proses perakitan dan pengemasan teknologi diperoleh paket teknolgi dari klinik agribisnis. Selanjutnya melalui kelembagaan  pemasaran dijual sehingga diperoleh keuntungan usahatani yang selanjutnya  hasil penjualan digunakan untuk proses produksi kembali.
Paket teknologi ini diterapkan dalam usahatani oleh petani melalui  kelembagaan produksi  pada kelompoktani yang ada.  Hasil proses produksi jagung berupa jagung gelondong kering selanjutnya melalui lembaga pasca panen diperoses menjadi produk jagung pipilan kering. Selain produk berupa jagung,  limbah jagung diproses menjadi kompos dan atau pakan ternak melalui kelembagaan pasca panen.  Produk limbah berupa kompos ini dapat dijual melalui lembaga pemasaran dan limbah untuk pakan ternak dimanfaatkan untuk usahatani sapi. Selain menggunakan  modal usahatani yang telah ada dukungan  modal juga dapat diperoleh dengan  hubungan kerjasama melalui kelembagaan yang ada dengan kelembagaan keuangan luar  dalam model kemitraan. 
5.    Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani Sapi

Gambar 5: Model Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Usahatani  Sapi
Paket teknologi yang disiapkan dan diterapkan dalam usahatani ini adalah: penggemukan dan pembuatan Kompos. Paket teknoliogi ini dipersiapkan oleh kelembagaan klinik agribisnis yang mendapatkan dukungan informasi teknologi dari BPTP serta sumber teknlogi lainnya. Paket teknologi ini diterapkan dalam usahatani sapi pada wadah kelembagaan produksi  kelompoktani.  Produk usahatani berupa sapi dan dipasarkan melalui kelembagaan pemasaran sehingga diperoleh keuntungan usaha, dan selanjutnya digunakan kembali untuk usahatani sapi. Produk lainnya berupa kotoran sapi melalui kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil diproses menjadi kompos yang dapat dijual maupun untuk dimanfaatkan dalam usahatani tanaman lainnya. Dalam hal ini dukungan keuangan dapat berasal dari kelembagaan kemitraan yang bekerjasama dengan kelembagaan yang ada baik itu kelembagaan keuangan maupun kelembagaan lainnya
 - pengertian bahan limbah
6.    Model Sistem Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan Prima Tani

Gambar 6 :    Model Sistem Hubungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan Prima Tani Lobar.
Komponen teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil komoditas yang diterapkan pada setiap usahatani diupayakan memiliki jejaring rantai nilai (value chain) sebesar mungkin. Sasarannya ialah memperoleh nilai tambah sebesar-besarnya melalui pengembangan usaha terdiversifikasi seluas mungkin, efisien, dan padu-padan dalam satu jaringan rantai pasok. Jenis usaha dikembangkan seluas mungkin melalui diversifikasi berspektrum luas : horizontal, vertikal, temporal dan fungsional. Strategi diversifikasi usaha spektrum luas dimanfaatakn untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya maupun untuk mengurangi resiko usaha. Pada usahatani, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal) melalui diversifikasi tanaman atau ternak pada dasarnya adalah juga intensifikasi pemanfaatan sumberdaya. Oleh karena itu, usahatani yang dikembangkan pada Prima Tani ialah ”Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi (SUID= Farming System Intensification Diversification). Sistem integrasi tanaman – ternak ( crop-livestock system = CLS) yang diusahakan secara intensif merupakan salah satu contoh populer SUID. Oleh karena sasaran Prima Tani adalah usahatani keluarga skala kecil, maka usahatani yang akan dikembangkan adalah pola usaha SUID-Keluarga yang mengintegrasikan kegiatan rumah tangga, usahatani dan kegiatan non-usahatani.


KESIMPULAN
- pengertian kerajinan bahan limbah
1.    Di lokasi Desa Prima Tani Genggelang terdapat enam  model hubungan parsial sesuai komoditas (kakao, kopi, jagung, kacang tanah, dan sapi)  dengan kelembagaan  serta satu model sistem  hubungan integrasi lima komoditas dengan kelembagaan.
2.    Model inovasi  dan kelembagaan kakao merupakan hubungan inovasi kakao (peremajaan /introduksi kakao unggul), rehabilitasi tanaman (sambung pucuk, sambung samping, okulasi tunas air), pengelolaan pohon penaung, pemupukan tanaman berdasarkan analisa tanah,  sanitasi, pengendalian hama dan penyakit dan pasca panen pengeringan biji kakao) dengan kelembagaan  produksi, pasca panen, pengolahan hasil, keuangan.pemasaran, saprodi. klinik agribisnis, penyuluhan serta  kemitraan dan sumber informasi.
3.    Model inovasi  dan kelembagaan kopi merupakan hubungan inovasi kopi (peremajaan /introduksi kakao unggul), rehabilitasi tanaman (sambung pucuk, sambung samping, okulasi tunas air), pengelolaan pohon penaung, pemupukan tanaman berdasarkan analisa tanah,  sanitasi, pengendalian hama dan penyakit dan pasca panen pengeringan biji kakao) dengan kelembagaan  produksi, pasca panen, pengolahan hasil, keuangan.pemasaran, saprodi. klinik agribisnis, penyuluhan serta  kemitraan dan sumber informasi.
4.    Model inovasi  dan kelembagaan kacang tanah merupakan hubungan inovasi  kacang tanah  (tumpangsari jagung dan kacang tanah, perbaikan varietas jagung, perbaikan jarak tanam, perbaikan dosis pemupukan) dengan kelembagaan  produksi, pasca panen, pengolahan hasil, keuangan.pemasaran, saprodi. klinik agribisnis, penyuluhan serta  kemitraan dan sumber informasi.
5.    Model inovasi  dan kelembagaan jagung merupakan hubungan inovasi  jagung (tumpang sari dengan kacang tanah, introduksi varietas unggul, jarak tanam teratur, perbaikan pemupukan berdasarkan analisa tanah serta pasca panen) dengan kelembagaan  produksi, pasca panen, pengolahan hasil, keuangan.pemasaran, saprodi. Klinik agribisnis, penyuluhan serta  kemitraan dan sumber informasi.
6.    Model inovasi  dan kelembagaan sapi merupakan hubungan inovasi  sapi (penggemukan  dan pembuatan kompos ) dengan kelembagaan  produksi, pasca panen, pengolahan hasil, keuangan.pemasaran, saprodi. klinik agribisnis, penyuluhan serta  kemitraan dan sumber informasi.
7.    Model  hubungan  inovasi kopi, kakao, kacang tanah , jagung, sapi dengan kelembagaan dalam satu sistem merupakan model sistem inovasi dengan kelembagaan desa AIP Genggelang.


DAFTARPUSTAKA
- kerajinan fungsi pakai dari bahan limbah
Badan Litbang  Pertanian.2006. Petunjuk Teknis Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani. Deptan Litbang Pertanian. Jakarta.
Badan Litbang  Pertanian.2006. Petunjuk Teknis  Pra Prima Tani. Deptan Litbang Pertanian. Jakarta.
Deptan. 2006. Pedoman Umum Prima Tani. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.
BPTP NTB 2007. Laporan PRA Desa Genggelang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Barat.
KIPP Lobar. 2006. Rencana kegiatan Penyuluhan Pertanian RKPP Desa Genggelang BPP Gondang Kecamatan Gangga. Lombok Barat.



Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  5 contoh gambar produk fungsional dari bahan limbah beserta fungsinya

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang 11 Contoh Trend Model Baju Muslim Kaftan Terbaru 2021 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/2007/SP/modelhubungan.doc
LihatTutupKomentar