Teknologi Konstruksi Bangunan Tradisional dan Modern

Konstruksi adalah susunan suatu bangunan (sarana maupun prasarana). Pada umumnya, kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur desain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan bagian fisik suatu konstruksi.

Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.

Bangunan Tradisional
a. Macam-macam Bangunan Tradisional

1). Rumah Adat Joglo
Joglo adalah rumah adat masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Rumah adat ini terdiri dari 2 bagian utama yaitu bagian pendapa dan bagian dalam. Bagian pendapa adalah bagian depan joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekatsekat, biasanya digunakan untuk menerima tamu atau ruang bermain anak dan tempat bersantai keluarga. Bagian dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa ruangan kamar. Ruangan yang terdapat di sini biasanya bersifat privasi. Ciri-ciri bangunan rumah joglo adalah bagian atap pendapa menjulang tinggi mirip gunung. Walaupun joglo sudah terkenal sebagai rumah kuno, tetapi rakyat sekitar memodifikasi sehingga joglo menjadi tempat yang nyaman dan lebih modern. Orang-orang dari luar Jogyakarta dan luar negeri banyak yang menyukai rumah joglo. Selain bentuknya yang unik, ciri khasnya juga menambah minat untuk menempati rumah joglo tersebut.
2). Rumah Adat Panggung Sulawesi Selatan
Bagian-Bagian Rumah Adat Bola Panggung Sulawesi Selatan sebagai berikut.
  1. Rakkeang, bagian di atas langit-langit. Dahulu, bagian ini biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru dipanen.
  2. Watangpola/Ale Bola, bagian tengah rumah. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah (posi bola).
  3. Yawa bola/Awa bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dan tanah.
Rumah ini bisa berdiri kuat tanpa menggunakan satu paku pun. Orang dahulu kala menggunakan paku kayu yang berfungsi sebagai paku besi.

Rumah adat panggung dapat dibedakan berdasarkan status sosial orang yang menempatinya, Rumah Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang ditempati oleh keturunan raja (kaum bangsawan) dan bola adalah rumah yang ditempati oleh rakyat biasa.

Kedua rumah tersebut sama-sama berbentuk rumah panggung. Lantainya mempunyai jarak tertentu dengan tanah. Bentuk denahnya sama, yaitu persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja mempunyai ukuran yang lebih luas, tiang penyangganya lebih kuat, atap berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa disebut timpa laja yang bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima sesuai dengan kedudukan penghuninya. Beberapa bagian dari rumah panggung awa bola/kolong rumah dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewan-hewan peliharaan yang dipergunakan dalam pertanian. Badan rumah terdiri dari beberapa bagian rumah seperti: lontang risaliweng, Pada bagian depan badan rumah berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman. Lontang ritengnga atau ruang tengah, berfungsi sebagai tempat tidur kepala keluarga bersama istri dan anaka-naknya yang belum dewasa. Hubungan sosial antara sesama anggota keluarga lebih banyak berlangsung di sini. Lontang rilaleng atau ruang belakang merupakan tempat tidur anak gadis atau orang tua usia lanjut. Dapur juga di tempatkan pada ruangan ini yang dinamakan dapureng.

Sebagaimana halnya unsur-unsur kebudayaan lainnya, teknologi arsitektur tradi sional pun senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini juga mempengaruhi arsitektur tradisional suku bangsa Bugis antara lain bola ugi (rumah panggung) yang dulunya berbentuk rumah panggung sekarang banyak yang diubah menjadi rumah yang berlantai batu. Agama Islam juga memberi pengaruh pada letak dari bagian rumah. Sekarang bentuk rumah lebih banyak berorientasi ke Kabah yang merupakan qiblat umat Islam di seluruh dunia. Hal tersebut di karenakan budaya Islam telah membudaya di kalangan masyarakat Bugis Makassar. Simbol-simbol yang dulunya dipakai sebagai pengusir makhluk halus yang biasanya diambil dari jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang tertentu diganti dengan tulisan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.

3). Rumah adat Gadang
Rumah adat Sumatra Barat disebut rumah gadang. Rumah gadang memiliki tiang yang tidak tegak lurus atau horizontal, tetapi punya kemiringan karena pada zaman dulu masyarakat di sana banyak yang datang dari laut sehingga mereka hanya tahu cara membuat kapal dan tak tahu cara membuat rumah.

Rumah ini memiliki keunikan dalam bentuk arsitekturnya dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Di halaman depan rumah gadang, biasanya terdapat dua buah bangunan rangkiang yang digunakan untuk menyimpan padi.

Rumah gadang disebut juga sebagai rumah baanjuang sebab di sayap ba ngun an sebelah kanan dan kirinya ruang anjuang (anjung). Ruang ini digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat. Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah adatnya kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan.

Bagian puncaknya yang bergaris lengkung meninggi pada bagian tengah. Garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk persegi tiga.
Fungsi rumah gadang:
  1. Tempat kediaman keluarga
  2. Lambang kehadiran suatu kaum
  3. Pusat kehidupan dan kerukunan
  4. Tempat melaksanakan berbagai upacara
  5. Tempat merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Peralatan Pertukangan untuk Membuat Rumah Adat
Peralatan utama untuk membuat rumah adat
adalah sebagai berikut.

1). Godam
Godam adalah sejenis palu besar yang berfungsi untuk memberikan tumbukan keras pada benda.

2). Dongkrak
Dongkrak adalah alat yang digunakan untuk mengangkat beban berat. Pada umumnya, dongkrat dipakai untuk mengangkat bagian mobil yang akan diganti bannya. Selain itu, dongkrak juga biasa digunakan pada saat memasang penyangga tiang rumah adat atau mengangkat beban berat dalam proses pembuatan rumah adat.

3). Penggaris Siku
Penggaris siku adalah alat yang digunakan untuk mengukur siku dari suatu sambungan, baik siku bagian dalam maupun siku bagian luar.

4). Palu
Palu adalah alat yang digunakan untuk memukul paku pada kayu atau media lainnya.

5). Gunting Seng
Gunting seng adalah alat yang digunakan untuk memotong seng atau sejenisnya.

6). Ketam
Ketam berfungsi untuk memperhalus permukaan kayu.
Bangunan Modern
Bangunan modern dibuat dengan mengutamakan fungsi pakai, sehingga bentuk, ukuran, dan bahan dapat disesuaikan berdasarkan fungsi bangunan itu sendiri. Bangunan modern memiliki ornamen yang sederhana dan lebih sedikit daripada bangunan tradisional.

Indonesia telah mengenal dan menerapkan bangunan modern sejak tahun 1970-an. Pada masa sekarang bangunan tradisional sudah mulai berkurang, terutama di kota besar. Mengapa demikian? Karena bahan bangunan yang digunakan untuk bangunan tradisional yang terdiri dari banyak bahan alam seperti kayu sudah sulit didapat dengan harga murah, maka orang lebih memilih yang praktis dan ekonomis.

a. Bangunan Rumah Tinggal
Bangunan rumah tinggal digunakan sebagai kediaman (hunian) tempat perlindungan, untuk beristirahat, beraktivitas, dan bersantai anggota keluarga.

Bangunan rumah tinggal memiliki beberapa jenis bentuk, ukuran, dan lantai. Rumah yang sederhana ataupun mewah tidak dilihat daru banyaknya lantai tetapi bentuk dan ukuran rumah. Ada rumah yang berlantai satu tapi mewah tetapi ada juga rumah yang berlantai satu sederhana dan bahkan sangat sederhana. Terkadang letak bangunan rumah juga mempengaruhi harga jual dari rumah. Rumah yang berlokasi di lingkungan strategis dan kota harga jualnya jauh lebih mahal dibanding di daerah lain.

1). Bangunan Model Minimalis
Pada mulanya, model rumah minimalis berasal dari kawasan Eropa. Setelah terjadinya Perang Dunia Pertama yang mengakibatkan resesi ekonomi di eropa mengharuskan para perancang rumah (arsitek) berusaha keras memikirkan jalan keluar untuk membuat desain rumah yang menarik dengan biaya yang terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.

Pada tahun 1929, diadakan sebuah kongres di Frankfrut yang bertemakan Low Cost Housing. Kongres itu dinamakan CIAM (Congrès International d’Architecture Moderne). Kongres itu menghasilkan jalan keluar untuk permasalahan kekurangan jumlah tempat tinggal pada masa itu akibat Perang Dunia yang sangat dahsyat tersebut, dengan biaya yang terjangkau, mudah, tidak memakan waktu yang lama untuk membuatnya dan juga menarik.

Dampak dari rasionalisasi lebih dari segi sisi fungsional sehingga segi sisi estetis bukan merupakan hal yang penting. Pertimbangan efisien menghasilkan tampilan bangunan yang seminimal mungkin. Elemen estetis seperti dekorasi dan ornamen tidak dilakukan karena akan menambah biaya kerja maupun perawatannya. “Ornament is crime”, kata seorang arsitek bernama Adolf Loos saat itu.

Desain rumah minimalis bukan hanya dilihat dari segi rasionalisasi dan standarisasi. Banyak faktor yang mempengaruhi segi estetika model dan bentuk gaya minimalis, dan bukan hanya terletak pada karya arsitektur, tetapi perkembanganya juga memengaruhi cabang seni dan produk lainnya. Itulah sedikit sejarah asal-muasal terciptanya Desain model rumah minimalis.
2). Bangunan model eropa
Selama ini kita mengenal rumah gaya Eropa dengan sesuatu yang identik dengan kemegahan, gayanya yang klasik, Victorian, Gothic, dan warna-warna lembut dan hangat. Bagian depan dihiasi dengan pemandangan pepohonan yang hijau dan rindang. Semuanya berpadu menjadi bangunan dengan estetika yang menawan dan menimbulkan kesan hangat. Namun, tahukah kamu mengenai ciri khas rumah bergaya Eropa asli dan yang sudah mengalami perubahan seperti sekarang ini? Atau, mengenai rumah bergaya Eropa yang ada di Indonesia? Selanjutnya, akan dikupas mengenai gaya rumah yang sudah terkenal sejak tahun 1800-an ini.

Rumah dengan gaya Eropa masih menjadi pilihan hingga saat ini walaupun rumah khas Eropa sudah ada sejak tahun 1800-an. Gaya ini masih menarik perhatian masyarakat baik masyarakat Eropa maupun masyarakat di negara lain. Bagi masyarakat Indonesia, bangunan gaya Eropa memiliki nilai sejarah yang tinggi. Baik rumah bergaya Eropa Kuno maupun rumah gaya Eropa Modern dengan desain yang lebih fresh. Gaya Eropa masih diminati hingga saat ini.

Sebenarnya, ada beberapa jenis rumah gaya Eropa lainnya seperti rumah Eropa bergaya klasik. Gaya klasik hingga saat ini tetap menjadi pesona seiring dengan perkembangan desain bangunannya yang dilengkapi ornamen klasik. Selain itu terdapat gaya Victorian yang memiliki warna lembut dan hangat. Ada pula gaya Gothic yang memiliki ciri-ciri pada pilar yang mirip kastil, serta kaca jendela yang indah.

a). Rumah Gaya Eropa Kuno
Pada dasarnya, bangunan gaya Eropa Kuno memiliki karakter khas berdasarkan negaranya dan arsitek yang mendesainnya. Pada awal abad kedua, bentuk bangunan Eropa dipelopori oleh arsitek Yunani yang bernama Apollodorus of Damascus yang membangun gedung olahraga, pemandian umum, perguruan tinggi hingga jembatan. Ciri khas yang dimiliki bangunannya melekat pada bangunan-bangunan khas Romawi Kuno.

Desain rumah yang berasal dari Spanyol ini memiliki ciri khas pilar-pilar tinggi serta lekukan-lekukan bulat besar yang kadang membentuk setengah lingkaran. Desain rumah mediteranio digunakan raja-raja Eropa pada masa Romawi. Rumah dengan desain mediterania dipilih karena desainnya yang indah, rapi, dan mewah.

Rumah gaya Eropa asli hingga saat ini bisa kita saksikan di film-film, khususnya seperti Spartacus, Gladiator, dan Robin Hood. Model rumah gaya Eropa asli tersebut dapat terlihat di film perjuangan Indonesia seperti pada film Merah Putih dan Hati Merdeka.

b). Rumah Gaya Eropa Kini
Untuk saat ini, kebanyakan rumah gaya Eropa lebih disederhanakan untuk mengikuti trend dan perkembangan arsitektur. Bisa dilihat pada ciri-ciri dekorasi dan aksesoris yang ada di dalam ruangan tersebut. Pada ruang keluarga, pohon hidup akan dominan ditemui di dalam ruangan, meja yang terbuat dari batu kali yang diberi aksen warna tanah yang terlihat gelap, tetapi memberi kesan hangat di antara keluarga yang berkumpul.

Rumah gaya Eropa bisa dipadukan dengan berbagai gaya arsitektur. Contohnya dengan gaya etnik. Biasanya perpaduan ini banyak memakai batu-batuan sebagai hiasan. Misalnya, pada sebuah dekorasi dinding yang penuh dengan lempengan batu alam yang dicat dengan warna merah maroon, hingga menjadi kontras jika melihat warna keseluruhan yang menekankan warna tanah.

Biasanya, rumah dengan gaya Eropa tidak pernah meninggalkan tiang-tiang tinggi pada waktu pembuatannya. Menampilkan warna-warna muda membuat rumah gaya Eropa menjadi elegan dan kita yang memandangnya tidak akan bosan. Kebanyakan pemilik dari setiap hunian Eropa memang menyukai hunian klasik karena pada dasarnya mereka ingin mengekspresikan kemapanan, gaya hidup, dan apresiasi terhadap seni.

Di Indonesia, rumah bergaya Eropa kebanyakan dipengaruhi oleh masa Victorian. Salah satu cabang rumah dengan gaya Victorian muncul ketika zaman kolonial masuk di Indonesia. Salah satu ciri yang terlihat adalah adanya pintu-pintu yang tinggi dan jendela dengan daun dobel dan dilengkapi dengan kaca. Di samping itu, sosok bangunan pun memperlihatkan keseimbangan dan sistem pertimbangan yang sudah dianut oleh orang-orang Eropa pada zaman klasik. Sebagai contoh, lantai dasar rumah sebagai kaki, lantai atas sebagai badan rumah, sampai atapnya dibuat menyerupai kepala bangunan. Untuk penataan di dalam rumah dapat dilihat upaya para desain interior menciptakan kesan lapang dan impresif, terutama di sekitar pintu masuk tamu yang dirancang menyatu dengan tangga di bagian muka rumah. Kemegahan pada rumah bergaya Eropa ini dapat membuat tertegun orang-orang yang melihatnya. Juga penampilan barang barangnya yang pas dengan segala bentuk ukiran, lukisan, dan lain-lain.

c). Rumah Gaya Eropa-Indonesia
Di Indonesia, bangunan Eropa memang lebih dipengaruhi oleh masuknya budaya Belanda saat masa penjajahan. Selain bangunan asli Eropa, di Indonesia juga terdapat bangunan campuran gaya Eropa dan gaya khas lain seperti Cina dan Indonesia. Bahkan, pada tahun 1920-an, desain campuran antara gaya Eropa dan Indonesia mulai dipopulerkan oleh Maclaine Pont dan Thomas karsten yang diberi nama arsitektur Indo Eropa (indo europeesche stijl). Desain arsitek ini bisa dilihat pada gedung teater Sobokarti yang dibangun pada tahun 1931.

Bahkan, terdapat juga arsitektur dengan campuran desain Eropa dan Jawa seperti yang terdapat dalam Pura Mnagkunegaraan. Arsitektur campuran Cina dan Eropa, terlihat pada rumah Oei Boen Thong, milik keluarga Cina yang tinggal di Indonesia pada masa kolonial. Bentuk bangunan Eropa terlihat pada dindingnya yang tebal, tinggi, dan megah, unsur Cina terlihat dalam ornament-ornamennya. Rumah unik tersebut hingga saat ini masih berdiri tegak di Malang, Jawa Timur.

Sebagai referensi bagi orang yang ingin memiliki rumah bergaya Eropa yang cocok di Indonesia, terdapat berbagai rumah dengan gaya Eropa yang bisa dilihat langsung di Jakarta. Masih ada juga sebuah pemukiman yang dulunya milik prajurit Belanda di Gang Kramat V, Jakarta Pusat. Permukiman ini terlihat berbeda dengan pemukiman lain karena adanya sepuluh desain rumah yang menggunakan gaya Eropa Kuno.

Bagi yang sudah pernah ke Kota Medan, bisa melihat permukiman dengan desain Eropa yang bernama Monte Carlo Properti. Permukiman ini memang sengaja dibangun dengan gaya klasik dengan pilar-pilar pada bagian depan rumah. Ruang terbuka hijau juga menjadi salah satu daya tarik permukiman ini. Juga dari balkon lantai 2 bisa dinikmati pemandangan.

Terdapat banyak contoh rumah dengan gaya Eropa, baik Eropa Kuno maupun modern yang telah dimodifikasi dengan berbagai gaya masa kini. Selain itu, ada juga rumah dengan gaya Eropa yang didesain dengan campuran gaya lain seperti Indonesia, Cina, bahkan Jawa, dengan berbagai keindahan dan variasi yang dimiliki

3). Bangunan Model Mediterania
Mengenal lebih dekat tentang gaya arsitektur Mediterania yang menyangkut sejarah, tipe, serta karakteristiknya. Arsitektur Mediterania saat ini tergolong salah satu gaya arsitektur yang sangat popular. Banyak rumah baru di Indonesia yang mengadaptasi gaya arsitektur ini. Dari tiap rumah yang menerapkan gaya ini, tentu ada fitur-fitur serupa yang menjadikannya berciri khas dari gaya Mediterania. Untuk itu, akan dibahas lebih dalam mengenai arsitektur Mediterania, mulai dari sejarah, fitur-fitur penting, dan karakteristik lainnya.

a). Sejarah Arsitektur Mediterania
Gaya arsitektur Mediterania berasal dari bangunan-bangunan mediterania zaman dulu. Gaya bangunan zaman dulu kebanyakan diabuat atas landasan geografis. Kondisi geografis Yunani, yakni daerah dimana gaya arsitektur ini berasal, cenderung sejuk dengan intensitas cahaya matahari sedang dan terpaan angin yang cukup tinggi. Untuk itulah, struktur bangunan Mediterania ini dibuat agar tahan di daerah yang berangin seperti di Yunani.

Hal yang mendapat pengaruh dari kondisi iklim geografis Yunani adalah pemilihan warna-warni dekorasinya yang cenderung lembut dan pucat sesuai dengan kondisi iklim yang sejuk. Warna-warni yang terinspirasi dari alam ialah warna putih yang berasal dari pasir pantai, warna biru, dan hijau yang berasal dari laut. Warna cokelat kemerah-merahan dan kuning pucat yang juga sangat melekat pada gaya arsitektur Mediterania, khususnya yang berasal dari Spanyol, merupakan representasi dari gurun yang berada di bagian selatan. Secara keseluruhan, warna-warni yang digunakan pada arsitektur Mediterania mengadopsi warna alam
b). Tipe-Tipe Arsitektur Mediterania
Secara umum, ada tiga tipe arsitektur Mediterania, yakni gaya italia, Yunani, dan Spanyol. Setiap tipe memiliki ciri khas yang membedakannya dari satu tipe dengan tipe yang lain. Arsitektur Mediterania menggunakan lantai marmer, penyangga langit-langit/plafon yang terbuat dari kayu serta penggunaan kandelar berbahan besi yang dipasang menggantung di langit-langit. Kemudian, furnitur yang ada di dalam rumah biasanya berukuran besar dilapisi dengan kain atau plastik. Meja dan kursinya dibuat dengan banyak pahatan dan ornamen.

Barang-barang gerabah dan keramik seperti vas bunga dan guci juga banyak menghiasi rumah bergaya Mediterania gaya Italia.

Tipe arsitektur mediterania gaya Yunani mungkin terlihat lebih sederhana, praktis, dan tidak terlalu mewah seperti halnya gaya Italia. Dinding dan lantai dibiarkan halus berwarna putih, sedangkan furnitur lebih banyak berlapis kain berwarna hijau dan biru laut. Adapun arsitektur Mediterania bergaya spanyol lebih cenderung mirip dengan tipe bergaya Italia, yakni banyak mengelaborasi warna-warna yang beragam serta penggunaan berbagai jenis material.

Warna-warna biru tua juga sering muncul pada tipe ini yang membedakannya dengan tipe Italia. Tetapi, jika arsitektur Mediterania gaya italia lebih menerapkan penggunaan warna-warna merah dan kuning yang menyala. Pada tipe Spanyol kedua warna tersebut justru terlihat lebih lembut, natural, dan membumi sehingga tidak terlalu mencolok.

c). Karakteristik Arsitektur Mediterania
Meskipun arsitektur Mediterania ini terbagi dalam 3 tipe, tetapi ada beberapa hal yang sama dan merupakan ciri khas dari gaya furnitur Mediterania. Salah satunya adalah kesetaraan penanganan antara area indoor dan outdoor. Tidak seperti arsitektur lain yang sering menomorduakan area outdoor, arsitektur Mediterania memperlakukan area ini dengan porsi yang sama seperti area indoor. Sebagai bukti, area outdoor sering juga dihiasi ornament serta dilengkapi dengan furnitur-furnitur seperti meja dan kursi. Furnitur outdoor ini biasanya berupa meja panjang yang terbuat dari kayu utuh dan bisa digunakan untuk 12 orang. Bentuk kursinya cenderung sederhana dan terkadang dibuat juga dari kayu. Tak jarang area luar ruangan ini juga dijadikan dapur terbuka (open kitchen) untuk keperluan tertentu.

Dapur pada arsitektur gaya ini biasanya menggunakan warna kuning tua atau putih dan dinding dapur biasanya dipasangi ubin. Selain itu, tepian jendela pada dapur juga dibuat agak luas untuk menempatkan tanaman-tanaman herbal dalam pot yang tak jarang digunakan sebagai salah satu bumbu masakan. Marmer, granit, dan batuan alam lain sering digunakan sebagai material dalam arsitektur Mediterania sebagai countertop, yakni bagian permukaan meja pada dapur.

Ornamen lain yang dapat kita temui di dapur gaya Mediterania ialah ubin lukis. Ubin-ubin yang permukaannya dilukis dipasang di dinding untuk mempercantik tampilan dapur, sedangkan furnitur lain di dapur seperti cabinet, biasanya dibuat dari besi.

Untuk dekorasi interior di ruangan lain, aksesoris merupakan hal yang penting untuk lebih menimbulkan kesan Mediterania. Penggunaan barang-barang seperti guci, vas, dan hiasan yang terbuat dari keramik sangat sering ditemui juga. Selain itu, pemilihan wallpaper atau permadani haruslah selaras dengan lantai di ruangan tersebut. Kombinasi yang apik antara material yang digunakan, pemilihan warna, dan dekorasi interior ruangan menjadikan gaya arsitektur Mediterania terlihat berbeda tetapi tetap disukai masyarakat hingga kini.
LihatTutupKomentar