Kesaksian Seorang Dokter, Mensucikan Hati melalui Kisah Nyata (1)

Suara adzan terdengar melalui stetoskop yang diletakkan diatas dada sorang pasien yang telah meninggal dunia. "Saya rasa suara itu adalah suara adzan subuh" kata dokter Jasim al-Haditsy, walaupun saat itu belum tiba saat adzan subuh karena masih jam 1 dini hari. Beliau kembali meletakkan stetoskop diatas dadanya dan kembali mendengarkan adzan tersebut selengkapnya. Sang dokter kemudian menanyakan kepada keluarga pasien tentang keadaan almarhum semasa hidup. "Almarhum bekerja sebagai seorang muadzin  pada sebuah masjid, biasanya dia datang 15 menit sebelum tiba waktunya bahkan kadang lebih awal lagi. Ia juga selalu menghatamkan Al-Quran dalam tiga hari serta beliau adalah seorang yang sangat menjaga lisannya dari kesalahan". Jelas seorang keluarga pasien yang meninggal tersebut.

Itulah salah satu kutipan kisah dalam buku "Kesaksian Seorang Dokter, Mensucikan Hati melalui Kisah Nyata" yang ditulis oleh dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jubair, SpJP, seorang dokter spesialis bedah dan jantung. Selain kisah tersebut, masih banyak kisah lain yang menurut saya sarat dengan nasehat dan pelajaran. Penulis buku ini mencoba menyampaikan apa yang dialaminya, kemudian mengungkap keajaiban-keajaiban dari kisah tersebut, dan ditutup dengan pelajaran dan hikmah yang dapat pembaca ambil. Hal yang menarik dari buku ini adalah bahwa kisah yang diceritakan adalah betul sebuah kisah nyata  yang dialami penulis selama bertugas di rumah sakit Riyadh, Saudi Arabia. Sedikit tentang sang dokter, selain sebagai seorang spesialis bedah jantung, beliau juga seorang dai yang cukup mahsyur sehingga setiap pelajaran dan nasihat yang disampaiakan dibalik kisah-kisah dan kesaksiannya selalu disertai dengan penjelasan dari Al-Quran dan As-Sunnah. Beliau juga sering menyampaikan dakwahnya di masjid-masjid  atau pada acara seminar.
Buku yang saya baca ini adalah buku terbitan Darus Sunnah Press yang dicetak tahun 2009, dan ini merupakan cetakan  ke-12 dengan 178 halaman. Ada 17 kisah dalam buku ini, dimana seperti yang saya utarakan di awal bahwa buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata baik yang didengar oleh penulis maupun yang dilihat dan dialami langsung selama bertugas. Dari ke-17 kisah, ada 2 atau 3 kisah yang beliau dengar dari kesaksian orang yang melihatnya.

Kisah 1, Lari dari Kenyataan
Dikisahkan seorang pemuda berusia 17 tahun terkena tembakan peluru nyasar, atas kejadian itu maka kedua orang tuanya segera membawanya ke rumah sakit angkatan bersenjata di Riyadh. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, pemuda itu memandang wajah ibunya yang sedang menangis sedih seraya berkata, " wahai Ibunda, janganlah kau bersedih, demi Allah aku dalam keadaan baik-baik saja, sesungguhnya aku akan meninggal, demi Allah aku mencium Semerbak wangi surga".

Setibanya di ruang gawat darurat seorang dokter berusaha untuk menanganinya, akan tetapi pemuda itu berkata, " wahai saudaraku! Sungguh aku akan mati, aku telah mencium Semerbak wangi surga, karena itu janganlah engkau merepotkan dirimu, aku hanya menginginkan keadilan Ayah dan ibuku di sisiku".

Setelah kedua orang tuanya berada di sisinya, pemuda itu menyampaikan selamat tinggal kepada keduanya untuk selamanya, lalu melantunkan syahadat " asyhadu alla ilaha illallah wa Asyhadu anna Muhammad Rasulullah". (aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang haq selain Allah ta'ala, dan sesungguhnya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah utusan Allah".

Dikisahkan bahwa pemuda itu meninggal dalam keadaan jari telunjuk tangan kanan menunjuk sebagaimana orang yang sedang membaca tasyahud dalam salat. Siapa sebenarnya pemuda ini dan seperti apa kehidupan yang dijalaninya?

Saat orang tuanya ditanya mengenai kehidupan Pemuda tersebut, mereka menerangkan bahwa almarhum sejak memasuki umur akil baligh adalah orang yang selalu membangunkan kami untuk menunaikan salat subuh, ia sangat tekun menunaikan salat malam dan membaca Alquran, selalu berusaha untuk mengikuti sholat wajib berjamaah di Masjid, ia selalu mendapatkan nilai yang memuaskan dalam setiap pelajarannya, ia termasuk peraih ranking di kelas 2 SMA.

Masih di judul yang sama, dikisahkan juga ada seorang wanita yang mengalami gagal jantung. Setibanya di ruang gawat darurat detak jantung wanita tersebut berhenti, maka tim dokter segera melakukan terapi shock dan 2 menit kemudian wanita itu membuka kedua matanya.

Ia memandang kearah langit Seraya mengangkat tangan kanan sambil melantunkan bacaan " asyhadu alla ilaha illallah asyhadu anna Muhammad Rasulullah".- aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Lalu detak jantungnya berhenti lagi. Tim Dokter kembali melakukan hal yang sama seperti sebelumnya namun kali ini tidak berhasil. Ternyata Suratan Takdir kematian telah menjemputnya ia meninggal untuk selama-lamanya.

Kemudian dokter keluar ruangan untuk menyampaikan berita duka kepada suami almarhumah. Setelah mengucapkan takziah dan Bela sungkawa, sang dokter menceritakan kejadian-kejadian aneh ada istrinya sebelum meninggal dunia. Lalu sang dokter menanyakan tentang amal perbuatan selama hidup.

Pria tersebut berkata " saudara Tidak usah heran dengan apa yang saudara saksikan, sejak aku menikahinya 35 tahun lalu, ia tidak pernah meninggalkan salat malam kecuali karena halangan syar'i". Semoga dia bahagia, ia telah banyak mengingat Alloh, dan Allah ta'ala mengingatkannya untuk membaca syahadat di akhir hayatnya, dan ia pun menutup usianya dengan bersyahadat.

Dari kisah pertama dan kedua apa yang bisa kita ambil pelajaran?

Masih adakah orang yang apabila melihat saudaranya duduk sambil memegang mushaf setelah menunaikan salat lalu membacanya ia tertegun Seraya bertanya kenapa aku tidak ikut serta duduk dan membaca Alquran sebagaimana yang dia lakukan. Masih adakah diantara kita ketika melihat tetangganya atau kerabatnya, atau saudaranya, atau siapa pun bangun di malam hari untuk menunaikan salat malam ia merasa iri, lalu bertanya kepada diri sendiri " kenapa ya bangun untuk menunaikan salat malam sedangkan aku tidak" betulkah Aku mengharapkan surga sebagaimana Ia mengharapkannya? Betulkah Aku mimpikan apa yang ia impikan? Kemudian orang itu beranjak untuk menunaikan salat malam walaupun sebentar.

Pada kenyataannya kita semua tahu Bukankah Allah ta'ala turun di dunia pada sepertiga Malam Terakhir. Apa yang sedang kita lakukan saat Allah turun ke dunia? Sayangnya kita sedang terlelap, kita sedang mendengkur, tidakkah kita merasa malu?

Bagaimana dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam? Beliau senantiasa mendirikan salat malam hingga kedua kakinya bengkak, padahal segala kesalahannya baik di masa lalu ataupun di masa yang akan datang telah diampuni. Dan Ketika istrinya Aisyah bertanya " wahai Rasulullah, kenapa kau melakukan semua ini, padahal segala kesalahanmu baik di masa lalu maupun masa yang akan datang telah diampuni? Rasulullah menjawab " tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur".

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam AlQuran surat al-furqon ayat 64 yang artinya " dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk rab mereka sesungguhnya mereka adalah para penghuni surga firdaus".

Bagaimana dengan kita? Sungguh sangat menyedihkan, saat mengaji mengumandangkan panggilan di masjid ternyata yang hadir hanya satu saf, itupun kadang tidak sempurna. Lalu sang Imam menutup sholatnya dengan bacaan salam caranya membalik badannya dan ia mendapati kebanyakan dari makmumnya sedang menyempurnakan salatnya. Bersambung.. (Insya Allah)
LihatTutupKomentar